Pedagang Telur Sebut Menkeu Purbaya Lamban
Font Terkecil
Font Terbesar
WARGA LAMPUNG | JAKARTA — Bayangkan pedagang telur dan peternak ayam petelur, setiap hari mereka tahu harga naik turun, stok menipis atau melimpah, dan langsung menyesuaikan strategi agar tidak rugi. Sekarang bandingkan dengan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dikelola Badan Gizi Nasional (BGN).
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa baru memutuskan jumpa pers sebulan sekali untuk melaporkan realisasi program.
"MBG dikomplain karena penyerapannya rendah. Saya tanya bagaimana monitoringnya? Katanya bagus, tapi ternyata jelek. Nanti sebulan sekali kita jumpa pers," kata Purbaya dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI, kemarin.
Bagi pelaku ekonomi lapangan, cara ini terasa lamban dan tak relevan.
Menurut Manto, peternak ayam petelur di Blitar, "Kalau harga telur naik, besok saya sudah tahu dan langsung kirim ke pasar. Tidak ada yang nunggu sebulan untuk lapor."
Titin, pedagang telur di Duren Sawit Jakarta, menambahkan, "Setiap hari kita cek stok, harga, dan permintaan. Kalau pemerintah mau program seperti MBG efektif, harusnya laporannya real time, bukan nunggu jumpa pers tiap bulan."
Hingga 11 Agustus 2025, realisasi MBG mencapai Rp8,2 triliun, dengan target akhir Agustus Rp11 triliun untuk 20 juta penerima. BGN telah membentuk 5.103 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di 38 provinsi, 502 kabupaten, dan 4.770 kecamatan.
Namun kajian ilmiah menunjukkan bahwa efektivitas belanja publik sangat bergantung pada monitoring dan evaluasi real-time.
Penelitian dalam Jurnal Manajemen Keuangan Publik menyebutkan, transparansi dan digitalisasi e-budgeting mampu meningkatkan efisiensi dan menekan praktik korupsi birokrasi.
Studi lain di Desa Lempang memperlihatkan, sistem digital terintegrasi mempercepat pengambilan keputusan dan distribusi anggaran.
"Kalau pedagang dan peternak bisa update tiap hari, kenapa program sebesar MBG masih bergantung jumpa pers bulanan?” tanya Manto.
"Rakyat yang membutuhkan gizi tidak bisa menunggu birokrasi lamban," tambah Titin.
Purbaya sendiri menegaskan fokusnya adalah menghidupkan mesin fiskal dan moneter agar dana cepat sampai ke agen ekonomi yang benar-benar bertumbuh.
Namun, bagi banyak pengamat dan praktisi lapangan, realisasi MBG yang lamban tetap menjadi simbol birokrasi yang jauh dari kehidupan rakyat sehari-hari.(sa/by)
